Kepala SD ABU AZI (foto: Ist)
Bandung, Cimahi Aktual - Ujian Nasional (UN) yang rencananya akan kembali diadakan memunculkan berbagai pandangan. Sebagai seseorang yang memandang pendidikan secara holistik, saya melihat UN memiliki sisi positif sekaligus tantangan yang harus diperhatikan.
Pertama, dari sudut pandang evaluasi, UN dapat menjadi alat yang sangat membantu dalam menilai kualitas pendidikan suatu sekolah secara nasional. Dengan adanya data nilai UN, sekolah dapat mengetahui sejauh mana capaian mereka dibandingkan dengan sekolah lain, baik dalam lingkup kota maupun nasional. Hal ini dapat menjadi dasar untuk perbaikan kurikulum, metode pengajaran, hingga kualitas tenaga pendidik. Dalam hal ini, UN berfungsi sebagai alat refleksi, bukan hanya bagi siswa, tetapi juga bagi sistem pendidikan itu sendiri.
Namun, UN juga memiliki kelemahan jika dijadikan satu-satunya standar penilaian kemampuan siswa. Nilai ujian tidak selalu mencerminkan potensi atau kualitas individu secara menyeluruh. Banyak aspek lain, seperti kreativitas, keterampilan sosial, dan kemampuan berpikir kritis, yang tidak dapat diukur hanya dengan ujian tertulis. Oleh karena itu, penting untuk menekankan bahwa nilai UN hanyalah salah satu dari sekian banyak indikator, dan tidak seharusnya menjadi tolok ukur utama dalam menilai baik buruknya seorang siswa.
Sebagai tambahan, meskipun Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) sudah diterapkan, laporan hasilnya sering kali lebih bersifat umum dan tidak memberikan gambaran spesifik pada tingkat sekolah atau individu. UN, dengan formatnya yang lebih terarah pada hasil individu dan sekolah, memiliki kelebihan dalam memberikan laporan yang lebih jelas dan terfokus.
Singkatnya, UN sebenarnya bisa menjadi alat evaluasi yang baik jika digunakan dengan bijak, terutama untuk menganalisis dan meningkatkan kualitas pendidikan. Namun, penting untuk memastikan bahwa UN tidak menjadi beban bagi siswa atau sekolah, apalagi dianggap sebagai satu-satunya standar keberhasilan. Jika UN diadakan, harus ada pemahaman yang lebih inklusif tentang bagaimana nilai itu digunakan. Sebaliknya, jika tidak diadakan, sistem evaluasi lain harus diperkuat agar tetap relevan dan adil bagi semua pihak.
Penulis :
Khilda Fauziah Lasminingsih, S.Pd.
Kepala SD ABU AZIZ